menu Navigasi

Rabu, 21 Januari 2015

SURAT DARI TONG SAMPAH, KOTOR DAN BAU



Siapakah Saudaramu?
Saudaramukah aku bila saat engkau kesusahan aku tidak peduli? Sebaliknya saat aku kesusahan kamu juga tidak peduli? Bersaudarakah kita…tetapi kabarnya kita bersaudara di dalam Yesus?

Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia ?
Kita semua percaya itu,
Perbuatan yang manakah dapat dikatakan perbuatan Iman?
Perbuatan baik?.........
Perbuatan baik tanpa iman juga hanya kesia-siaan …” Gereja digerakan oleh kekuatan nama besar yang haus Pujian dan Sanjungan” dibalik keaktifan terselip motipasi untuk menimba kekayaan dari  karya tersamarkan atas nama gereja ‘’

Tangguklah sebanyak-banyaknya rupiah dari pengumpulan dana di gereja,  itu bukan haram” karena setiap orang yang menderma sudah mengiklaskan dan berharap hanya mendapat balasan dari Tuhan”

Akhir-akhir ini kenyataan yang kita hadapi di lingkungan kita yakni beberapa anggota kita pernah memerlukan pendampingan baik karena sakit penyakit  atau keinginan untuk lebih memahami ajaran Kristus dengan menjadi Umat katolik yang sah, bukan sebagai simpatisan Katolik.

Apa yang  sebaiknya kita lakukan untuk :
1.       Mendampingi saudara-saudara kita apabila mereka sedang mengalami sakit, perlukah kita kunjungi ,

Saya punya sedikit cerita mengenai hal ini,
Suatu hari salah satu saudara  yakni seorang katolik babtis yang tinggal dalam satu lingkungan kelompok doa , sedang menderita suatu penyakit, upaya penyembuhan sudah dilajalaninya baik di rumah sakit sampai ke ahli-ahli pengobatan tradisional.
Hasilnya belum memuaskan, usaha memohon penyembuhan lewat doa setiap saat dilakukan. Saudara-saudara satu lingkungan juga memanjatkan doa demi kesembuhan yang bersangkutan pada saat melakukan ibadat lingkungan tetapi tidak secara khusus mengunjungi sisakit untuk berdoa bersama, apalagi akan dikunjungi Pastor dan suster, mungkin karena setiap orang memiliki kesibukan masing-masing hingga sempatnya berdoa pada keluarga lain apabila jadwal wajib aja.

karena kecewa dan putus asa,
Sisakit memiliki pandangan iman yang luar biasa, “ Manusia Hidup bukan dari roti saja, melainkan oleh firman “ firman juga tidak harus kuterima dari saudaraku sesama katolik saja melainkan saudaraku yang lain juga bisa.

Akhirnya sisakit memutuskan minta di do’akan oleh Pendeta dan para penginjil’ seterusnya berulang – ulang diadakan doa penyembuhan dan pada akhirnya sisakit sembuh dari penyakitnya,  kemudian atas dasar kepedulian yang luar biasa dari para penginjil dan pendeta yang rutin mengunjunginya akhirnya sisakit memutuskan pindah agama, mengikuti suara hatinya bahwa saudaranya ialah orang yang sangat peduli akan penderitaannya.

2.       Umat dilingkungan kita sangat memerlukan perhatian dalam hal mendalami sabda Tuhan siapakah yang lebih berhak untuk memberikan pendampingan itu ?
a. Kelompok awam, yang memiliki pengetahuan otodidak apakah dibenarkan memberikan pendampingan..?
b.   Kelompok tertabis, bagaimana caranya ? cukupkah pertemuan hanya Misa saja, ataukah retret yang memerlukan biaya lumayan besar. Belum lagi kebiasaan menyelenggarakan acara besar terkadang ditumpangi kepentingan untuk memperkaya diri dan kelompok tertentu. ( orang terpandang belum tentu terhormat ) orang terhormat belum tentu terpandang?

c.      Kelompok terdidik, yakni  orang –orang yang terdidik untuk memberikan pengajaran akan iman katolik ?  masalahnya apa..?
Saya memiliki suatu ingatan mengenai kontribusi besar seorang guru agama dalam hal memberikan pendampingan akan penguasaan ajaran Kristus melalui gereja katolik.

Suatu hari saat saya di daptarkan oleh orang tua untuk dibaptis secara katolik di desa saya kebetulan sekolahnya meiliki guru agama katolik. selama kurang lebih 1 bulan dengan pertemuan 2 kali seminggu kami dibekali oleh guru agama katolik untuk belajar berdoa, doa-doa katolik dan lain-lain untuk menyiapkan diri dibaptis.
Akhirnya pada saat yang sudah ditentukan kami dibabtis.

Pada waktu itu guru agama katolik masih terikat janji dengan pelayanan gereja terutama dalam hal mendampingi pertumbuhan iman umat, tidak perduli anak-anak, remaja dan dewasa bahkan orang jompo, Gereja sudah mensuport para guru agama untuk itu, dukungan gereja bukan sekedar cuap-cuap belaka melainkan dengan tindakan nyata, yakni berupa pemberian gaji sebagai guru agama, sekarang nggak tau, setahu saya untuk memperoleh predikat guru agama terutama agama katolik para calon guru harus berkorban sendiri guna menyelesaikan pendidikannya, terus berjuang lagi untuk memperoleh pengakuan sebagai guru dari Negara untuk diangkat menjadi PNS sebagai guru agama katolik.
Jadi wajar saja bila para guru agama katolik dewasa ini kurang merespon kebutuhan umat berdasarkan iman melainkan aman.

Mungkin kehawatiran ini tidak berdasar untuk menjadi bahan pertimbangan,
ada satu istilah’ Siapakah aku sehingga harus peduli dengan nasibmu, lagi pula Tuhan mengetahui apa yang menjadi rencana-Nya terhadap setiap diri manusia, termasuk kamu dan saya, sehingga bukanlah tanggungjawabku untuk hal itu terhadap mu.

Cuman yang rada sedikit jadi masalah, sodara-sodariku ini sudah sangat memiliki hasrat yang tinggi untuk mengikuti ajaran Kristus dengan dibaptis secara katolik, namun bila di kemudian hari berubah menjadi keputusan asal baptis,  dipermudah lagi, tidak harus katolik kan agamanya,
toh mereka juga masih sekedar simpatisan katolik, salah siapa..? dan mereka juga masih murid Yesus kan, hanya berbeda cara dan doktrin
mengapa hal ini terjadi..?
Salah satu yang menyebabkannya adalah Landasan dasar untuk mengimani Yesus kurang didapat dari ajaran Katolik…biar jak...lah.
Karena mereka memang orang-orang bodoh yang tidak perlu kita pedulikan apalagi kita dampingi untuk belajar Agama Katolik, tiada manfaat materi yang bisa saya hasilkan dari kegiatan pendampingan itu………….
Kabarnya “ Umat akan berkurang jika iman sudah berkurang juga……apa betul demikian ? Umat tetap berjubel tetapi semangat menggerejanya sudah kendur ,…masalah buat lo ?
siapa yang paham kalau itu akan memudarkan iman atau menumbuhkan iman…hanya Dia yang tau..

Apakah Baptisan sudah cukup untuk menjadi dasar panggilan untuk saling melayani…..? yang benar aja bos…?

Memang sudah di baptis…apa bisa dipahami ajaran Kristus seperti mata pelajaran matematika 1+1 pasti 2 jawabannya.

Ajaran Kristus yang saya tau bukan demikian, salah satu contoh kutipan dari Firman Tuhan “ yang pertama menjadi yang terakhir, yang terakhir menjadi yang pertama” kamu sudah mengikut Yesus sejak lahir kemudian saya bertobat menjelang ajal…hak kita juga belum tentu tidak sama di surga. Ini perumpamaan tentang bekerja di ladang Tuhan,  kamu masuk dari subuh, yang lain masuk siang hari saya masuk kira – kira jam 4 sore, kemudian  pulang sama-sama sore jam 6,  upah kita disamakan Tuhan kan…?


Mohon maaf pada hatiku, kegundahan ini tidak akan ada jawabannya, namun saya masih ingin kegundahan hati saya ini diketahui juga oleh orang lain, oleh sebab itu dengan penuh keyakinan pasti ada solusinya maka tumpahan kegundahan ini saya percayakan kepada Para Pastor dan Suster yang mudah-mudahan masih memiliki kepedulian akan keselamatan orang banyak melalui Jalan Tuhan kita Yesus Kristus dibawah naungan Gereja Katolik Roma yang sangat saya banggakan”

Kemegahan Gereja jangan hanya dihiasi ornament yang mempesona karena dapat menipu mata..mohon juga dihiasi dengan hal – hal yang sejalan dengan Jalan menuju Surga itu.

Jikalau Yesus adalah gambaran Pribadi yang sederhana, bagaimanan mengimplementasikannya jika keinginan menonjolkan diri oleh para pengikut-Nya masih kentara dan bahkan dipaksakan…..Sama Kaulah Yesus Itu…

Samakah antara meninggalkan Gereja dan meninggalkan Yesus..?



ini coretan bodoh serta konyol,…koq nasib orang dipikiri…
Takde guna to, kalau cuman dipikiri……mau bertindak punyamu apa….adakah yang berupaya untuk menjadi pendengarmu…………mimpi kau.

Ya benar, kenyataannya saya memang sedang bermimpi…Tuhan Yesus yang kukenal hanya dalam wujud bintang Film Mel Gibson yang memerankan Yesus dewasa, yang disiksa dan mati di salibkan di Golgota…

Imanku bersama Yesus berjalan dengan keindahan, amin. Aku bangga kepada kedua orang tuaku yang membaptisku diusia yang masih tanggung.  Karena aku hadir dalam keluarga katolik sekalipun bukan keluarga taat dan patut di pandang, tapi bagiku sangat hebat dan luar biasa Anugerah Tuhan akan hidupku.

Kedepan aku hanya berharap semoga anak-anak tidak pernah menyalahkan kami berdua telah membaptis mereka diusia yang masih balita,

Saya mengutarakan ini untuk menjawab kehawatiran diri saya sendiri akan baptisan saudara-saudari saya yang sampai saat ini belum bisa dilangsungkan Karena berbagai hal.

Salah satu penyebabnya adalah 2 hal + 3 hal berikut-berikutnya sama dengan batal.

Positifnya :
Calon babtis sebagian sangat antusias untuk dibaptis katolik,

Negatifnya
 2 bagian belum peduli karena hidup adalah untuk di nikmati aja ( lapar makan, terus keladang, terus ngantuk cape tidur seterus-seterusnya setiap hari sambil menunggu ajal ) meninggal baptis darurat sah juga, toh menurut iman” Tuhan juga menerima pertobatan yang ditobatkan oleh orang lain . Secuil bagian sudah sering di injili oleh saudara yang lain, 
(  banyak jalan menuju Keselamatan dalam diri Yesus tidak harus melalui Roma). siapa cepat dapat..?

Tolong-tolong………………..? kamu tidak harus aku yang menolong …. Masih banyak orang lain yang bisa menolongmu..maaf aku tidak sempat karena masih banyak yang harus kuurus yang mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan karir dan kejayaan masa depan ku?...

Berbuat baik tidak harus menolong orang lain, menolong diri sendiri juga perbuatan baik….

Aku harus naik keatas, iklaskan kepalamu untuk ku injak sebagai landasan agar aku bisa naik ke atas, hahahahaha………………panjat pinang ….jadi jangan tersinggung…hehehehe…….

Jika aku ingin sukses segala upaya halal haram akan ku tempuh, nanti setelah mendekati ajal baru bertobat kepada Yesus …kan selamat juga…………..


Jika ada yang ingin menanggapi coretan, titipkanlah balasan anda kealamat dimana anda menemukannya …penulis merupakan bagian dari tempat itu….catatan ( surat ini ditemukan dalam tong sampah ) penulis hanya mencoba mengutip ulang dalam blog ini

Syalom……….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budayakan berkomentar positif, bijak dan membangun tanpa SARA