Saudaraku yang terkasih,
Judul diatas kenyataannya baru sebuah wacana, saya sadar bukan hal yang sulit untuk diadakannya sebentuk forum kerjasama antar pengurus lingkungan, jika pandangan kita sama akan manfaat yang dapat kita peroleh andai wacana ini dapat kita realisasikan.
Setiap kita baik anggota maupun pengurus dalam lingkungan doa keluarga menginginkan keberlangsungan kegiatan doa keluarga di lingkungan kita masing-masing, namun dalam prakteknya masih ada kelompok doa keluarga Katolik yang semakin hari semakin loyo bahkan cenderung menghentikan aktifitas doa keluarga di Lingkungannya. saat ini diistilahkan Lingkungan kalau zaman dahulu Kring, apapun istilah itu semoga tidak bermaksud menggeser makna dan tujuan.
berangkat dari penomena ini, mungkin ada baiknya wacana diatas dapat dijadikan salah satu solusi yang mudah-mudahan dapat kembali menumbuhkan keterpanggilan seluruh umat untuk berdoa bersama dalam lingkungannya, itu point pertama, kemudian point selanjutnya, bila terbentuk suatu forum antar pengurus lingkungan kiranya mempermudah sesama pengurus lingkungan sharing atau berbagi persoalan dalam lingkungan masing-masing untuk didiskusikan menjadi terobosan baru yang dapat diterapkan pada setiap lingkungan yang bernaung dibawah Gereja Katolik Stasi Santo Yosef Jelimpo, point kedua, selanjutnya sebagaimana diketahui bersama bahwa kepengurusan Stasi Santo Yosef Jelimpo hingga detik ini masih ambrubdarul bin keteteran, bahkan sulit kita pahami kemana wadah kita untuk melakukan surat menyurat dengan pengurus Stasi.
konon katanya Stasi merupakan muara Lingkungan, Paroki muara stasi selanjutnya dan selanjutnya..
Apa nyana..... bahkan saya pribadi tidak tau siapa menjabat apa, dan siapa sebagai apa..struktur organisasinyapun kurang terlihat, yang muncul dipermukaan tindih-tindihan kepentingan antara Dewan Wilayah dan Dewan Stasi...weleh..weleh.
Celakanya lagi...ada oknum pengurus stasi karena alasan tertentu berani membuat kebijakan sepihak untuk melibatkan kerabatnya secara langsung..tanpa memperhatikan bahwa kerabatnya tersebut bukan bagian dari kepengurusan... APA HAL NI ? Pengurus lain kemana, masih diakuikan ? Wakil ke, Sekretaris ke atau dll minimal terlibat sebagai pengurus lah. KEPENGURUSAN TIDAK TURUN KARENA HUBUNGAN DARAH, KERABAT, PERKAWINAN atau lainya kecuali ATAS PENYELLENGARAAN PEMILIHAN BERSAMA.
Maka, boleh-boleh saja jika umat berpendapat bebas sesuai dugaan masing-masing..
Misalnya : Ketua tidak dapat bekerjasama atau tidak mau bekerjasama dengan perangkatnya (satu) dua Perangkatnya tidak mau bekerjasama dengan ketua akibat keengganan ketua(tiga) memang kepengurusan sudah kadaluarsa dan tidak layak diberdayakan lagi"
Hal ini terbukti beberapa tahun terakhir kurang nampak jejak kegiatan yang dilakukan oleh dewan pengurus stasi,..celakanya lagi kekisruhan ini kurang disikapi dengan bijak oleh pengurus yang saat ini masih bercokol, nampak suatu keengganan jika diadakan pergantian untuk memilih kepengurusan baru, bukti lain lagi sampai detik ini para pengurus yang lama masih kekeuh mempertahankan singasananya, hehehe..
ADA APA GERANGAN ?
KONON" kabarnya jabatan ini merupakan wadah atau sarana untuk mengabdi dengan imbalan yang luarbiasa dari Yesus Kristus sebagai juru selamat manusia, sehingga patut kita berbaik sangka bahwa para pengurus tersebut masih memiliki hati untuk dapat melayani dengan tulus, tanpa berhitung untung dan rugi atau takut bangkrut atau hilang pendapatan, kita yakin berdasarkan Iman dan ketaatan bahwa "UPAHMU BESAR DI SURGA" bukan "UPAHMU BESAR DI DUNIA" ( memperkaya diri dari jabatan yang di mandatkan Gereja ) jika ini yang terjadi maka, niscaya kehidupan Gereja akan semakin baik. INI SANGKAAN BURUK atau BERBURUK SANGKA, Mengapa..? mari saya ajak saudara-saudara untuk menyimak cerita dibawah ini :
Suatu waktu saya pernah disuguhi cerita oleh seseorang dari pengalaman langsungnya melakukan perjalanan di daerah yang dahulu dihuni oleh warga katolik mayoritas..
ini ceritanya " CU...pada hari kake bepergin ke suatu daerah,..kebetulan hari itu hari minggu pagi kira-kira jam akan masuk sembahyang, kakek kaget koq pintu gerejanya ( Gereja kita cu, Gereja Katolik yang ada nama Santo Pelindungnya yang lain kan ndak pake nama Santo Pelindung) masih tutup cu gereja kita itu, ada juga yang tutup Gereja Bawang Bombai wajar mereka bukan sembahyang hari minggu, ini gereja kita cu Gereja Katolik, tidak nampak bahwa digereja kita itu akan ada kegiatan cu, masyarakat di sekitar lokasi gereja kita itu ramai nongkrong-nongkrong tapi di warung, kemudian kakek singgah dan bertanya pada salah seorang yang kakek jumpai dijalan sekitar kampung itu, kemudian kakek diajak untuk mampir di rumah orang tersebut untuk bertamu, kebetulan masih kerabat kakek, sepupu dari mama kake, jadi kakemu juga lah cu...tawaran ini langsung kakek terima dengan senang hati dan bertamu di rumahnya maklum kangen juga sama pamili lain tempat tinggal..nama ndak usah lah ya.cu.
Inti cerita dari orang tersebut yang kakek mu juga itu cu, bahwa masyarakat dikampung mereka masih sangat mendambakan kehidupan rohani dapat tumbuh kembali, cuman kendalanya siapa yang akan menggerakkan, aku ni sudah terlalu tua maca surat-surat sudah susah udah bebayang kalau baca tulisan apa lagi mau baca Firman Tuhan, kade nele nang cega masih jelas dik, katanya, ada pengurus terdahulu jabatannya sudah lama tapi fasif, tapi masih enggan menyerahkan kepada umat untuk diadakan pemilihan pengurus baru, kemudian menurut orang tersebut bahwa umat akan segera aktif bila pengurus yang lama bersedia diganti dan bertanggung jawab terhadap beberapa kasus keuangan Gereja yang hilang tanpa jejak.
kake nanya ,koq bisa hilang tanpa jejak...orang tersebut kembali menuturkan..memang tidak mungkin hilang jika para pengurus menyadari tugas dan fungsi masing-masing, ini semua dirangkap ketua, Wakil kembali ke ketua seterusnya-seterusnya, akhirnya suka-suka ketua...celakanya sang ketua tidak terima jika dituntut untuk bertanggung jawab bahkan bila ada yang berani mengusik segala daya dan upaya dikerahkan oleh sang ketua untuk menyingkirkan si pengusik. JAHATKAN KETUANYA cu?
Parahnya lagi umat tidak bisa bersuara bulat, kompak malas ribut, masa kegiatan gereja dijadikan ajang pertikaian...maklum saja manusia masih banyak memikirkan dunia ketimbang memikirkan surga.
Wajarlah cu menurut kakek mulut kan bisa elastis, bisa monyong,senyum,cemberut, mangap, juga ditambahlagi didalam mulut ada lidah, lidah tak bertulang cu..LIHAT NIH LIDAH KAKEK tak bertulang kan sama dengan punyamu..kata kakek sembari memperlihatkan lidahnya, Jadi ya suka - suka lidah meliuk lah.
Akhirnya muncul perasaan masa bodoh, cuek bebek dan tak ambil pusing, .suka-suka kaulah...sembayang semangkok tak sembayang pun semangkok juga....itulah jadinya Pintu Gereja pada Hari Minggu kadang Buka kadang tertutup rapat bak bangunan tua yang ditinggal mati sang pemilik, yang ini Gereja Katolik Tua yang ditinggal beramai-ramai oleh umatnya, karena mati semangat.
Kake sembahyang lo.. hari itu kebetulan hari itu kakek memilih ibadat di suatu Gereja Katolik yang ada Misa Sorenya..jadi masih dong ke gereja...
yang sedkit menghibur ya cu,.. menurut orang itu, disana dikampung tempat tinggalnya itu umat katolik tidak semua menyerah dan pindah kelain gereja, maklum GEREJA LAIN DAH MACAM ISTANA PRESIDEN, mereka masih belum semuanya tergiur cu ,..sebagian kecil masih bertahan dengan syahadat para rasul, yang salah satunya tetap mempercayai GEREJA KATOLIK YANG KUDUS, walapun sembahyang NAPAS ( NATAL.. PASKA ) hehehe ....sikakek terkekeh-kekeh sampai terbatuk-batuk..UHU-UHU ..KOEEK CUH,..meludah sikakek ditempat khusus meludah ...sebuah kaleng bekas tempat susu kental cap ENAK..
ada juga yang sembahyang minggunya di gereja yang ada di kota terdekat, BEGITU CERITANYA CU..?
kata kakek mengakhiri ceritanya..dah ngantuk cu... tidur lagi ya..Uuuuamp..kakek menguap dan langsung pamit ke tempat peraduannya........sebentar kemudian kakek sudah mendengkur..HEEEK HOOOR...HEEK HOOR,..TOOOOOOOOOOOT..pake tekentut lagi HAHAHAHAHAHAHA....
Dari penuturan kisah pengalaman seseorang Kakek diatas bukan ndengkur dan bunyi kentutnya ya, saya jadi teringat kondisi Kepengurusan di Stasi Santo Yosef Jelimpo yang sangat kita banggakan, untunglah dampaknya sedikit berbeda, namun pertanyaan di benak saya jadi timbul begini "PERLUKAH KEUKEUH MEMPERTAHANKAN JABATAN BILA TUGAS DAN FUNGSI SELAKU PENGURUS SUDAH DIRASA KURANG BERFAEDAH BAGI UMAT YANG KITA AYOMI ?
LALU " apa yang hendak dipertontonkan dalam prilaku demikian, toh ini jabatan Sosial tanpa Upah materi, kan tidak ada Pos Rekening GAJI PENGURUS STASI" yang ada bahkan cendrung merugi materi dan waktu apabila pelayanan dibumbui oleh semangat rela berkorban dengan hati tulus iklas penuh rasa syukur jadi rasa ruginya akan terobati oleh ketaatan iman akan YESUS KRISTUS.
JADI "MUNGKIN SEBAIKNYA SADAR DIRI DAN LEGOWO UNTUK MENGANGKAT BENDERA PUTIH TANDA MENYERAH, maklum generasi pemimpin tidak berhenti di pundak Bapak-bapak/atau Ibu-ibu saja, masih banyak pundak-pundak generasi berikutnya yang siap ditimpa oleh beban kerja dengan penuh tanggung jawab.
Semoga tulisan ini bermanfaat baik, bahkan mungkin dapat menjadi reperensi bagi kita semua, hindarkan diri dari Pertikaian dan permusuhan yang sia-sia agar kita masih pantas menganggap diri sebagai anak-anak Terang" yang telah dikuduskan oleh darah Kristus di Kayu Salib, karena iman dan percaya.
syalom,
Teksnya sedang di edit...
Kerangkanya...:
Perlukah ???
Sasarannya apa?
Mengimplementasikannya bagaimana?
Manfaat apa yang dapat diperoleh..?
Selanjutnya akan mengarah kemana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Budayakan berkomentar positif, bijak dan membangun tanpa SARA